Sampai kapankah
Fenomena seperti ini
terus berlanjut? Apakah gengsi
itu lebih penting
daripada masa depan?
Hakikat Pembagian Jurusan
di SMA
SMA lebih
mencondongkan diri pada kurikulum mengajarkan
siswa-siswinya tentang dasar-dasar
ilmu (semacam pondasi
keilmuan) yang kelak nantinya
akan dilanjutkan pada program studi yang lebih spesifik di perguruan tinggi,
baik itu ilmu-ilmu murni maupun ilmu-ilmu yang bersifat terapan. Maka,
jurusan-jurusan di SMA
dibuat untuk mempersiapkan para
pelajar untuk melanjutkan
studi ke Perguruan
Tinggi dengan kemampuan
mereka yang telah dikelompokan
dalam jurusan-jurusan yang
ada di SMA. Idealnya di setiap SMA harus ada tiga
jurusan yang sediakan, yakni IPA, IPS, dan Bahasa.
IPA adalah istilah
yang digunakan untuk menghimpum ilmu biologi, fisika dan kimia. Sementara IPS
menghimpun ilmu sejarah, geografi, ekonomi, dan sosiologi. Dan Bahasa
menghimpun ilmu Tata Bahasa, Sastra , Antropologi dan Bahasa
Asing. Adapun matematika yang sering disandingkan dengan IPA sebenarnya bisa dikategorikan
sebagai ilmu dasar, yang hampir semua ilmu pengetahuan memerlukannya.
Bagi siswa yang
memilih jurusan IPA, setelah lulus SMA diharapkan akan bisa melanjutkan studi
pada jurusan fisika, kimia, dan biologi, atau jurusan ilmu terapan dari ketiga
cabang ilmu tersebut. Sebut saja contohnya biologi, ilmu terapan dari cabang
ilmu ini adalah seperti kedokteran, pertanian, perikanan, dan kehutanan dengan
berbagai spesifikasi ilmu yang bermacam-macam. Pertanian bisa dipecah lagi
menjadi ilmu tanah, hama penyakit tanaman, pemuliaan tanaman, agrobisnis dan
lain-lain.
Pelajar dengan
jurusan IPS, setelah lulus SMA diharapkan akan bisa melanjutkan studi
pada jurusan sejarah, sosiologi, ekonomi, dan geografi atau bisa juga pada
program studi yang lebih spesifik dari cabang ilmu-ilmu tersebut. Sekedar
contoh, di fakultas hukum saja akan dibagi menjadi beberapa jurusan yang lebih
spesifik seperti hukum pidana, perdata, tata negara, internasional, bisnis, dan
lain-lain. Demikian juga di fakultas lain, seperti di fakultas ilmu sosial dan
ilmu politik, akan ditawarkan beberapa jurusan antara lain, sosiologi,
kesejahteraan sosial, administrasi negara, ilmu politik, dan ilmu komunikasi.
Sedangkan pelajar
dengan jurusan Bahasa,
setelah lulus SMA
diharapkan bisa melanjutkan
studi pada jurusan
Sastra, Akademik Bahasa
Asing, Jurnalistik, Komunikasi
dan Antropologi. Pada jurusan
Bahasa lebih spesifik
para pelajarnya yang
memperoleh jurusan ini
dapat mendalami bahasa
asing mereka, seperti
Bahasa Perancis, Jerman,
Mandarin, Jepang dan
sebagainya agar kelak
digunakan dalam komunikasi
hubungan internasional.
Namun dalam
hal ini para
orang tua lebih
mengharapkan putra-putri mereka
untuk mengambil jurusan IPA
dikarenakan peluang yang
lebih terbuka lebar
untuk masa depan
mereka. Hingga munculah
berbagai tanggapan bahwa
jurusan selain IPA
tidak memiliki peluang
tinggi untuk melanjutkan
masa depan yang
baik.
Kemampuan Dasar
Para pelajar
tidak semuanya memiliki
kemampuan dalam hal
yang sama. Dan setiap
anak lahir dengan
keahlian masing-masing. Namun
sangat disayangkan kemampuan anak tidak
dipedulikan oleh orang
tua mereka. Orang
tua justru cendrung menginginkan
anak untuk bisa
memiliki keahlian lain
yang lebih dari
keahlian yang mereka
miliki.
Memang benar
bahwa keahlian juga
dapat tumbuh bila
seorang anak diberikan
bimbingan dan pendidikan
yang cukup. Namun dibalik
itu semua, kemampuan
dasar anak sangat
berpengaruh. Apabila
kemampuan dasar anak
dapat dimanfaatkan dengan
baik, maka keberhasilan
yang dapat dia
raih dengan mudah.
Begitu pula
tentang jurusan IPA, IPS
atau Bahasa. Di sekolah
untuk menentukan jurusan
yang tepat dari
seorang anak, dilakukan
seleksi ketat. Beberapa
sekolah mengadakan test
minat dan Bakat
ataupun pengamatan dari
guru-guru mata pelajaran
yang mengetahui kemampuan
anak yangmana lebih unggul
dibandingkan pelajaran yang lain. Jadi
tidak semua anak
yang cerdas masuk
jurusan IPA, karena
memang kecerdasaan itu
berbeda-beda.
Jurusan IPA, IPS
dan Bahasa tidaklah
berbeda, semua anak yang
masuk jurusan manapun
adalah anak pilihan.
Bukan karena dia
anak emas yang
diibiratkan cerdas,
berakhlak mulia dan kesayangan
guru, bukan pula
anak tetangga yang
tidak terlalu diperhatikan
juga tidak diabaikan,
ataupun anak buangan
yang diibiratkan berotak
kurang, badung dan
tidak diperhatikan sama
sekali. Mereka adalah anak-anak
yang dipilih karena
kecerdasan mereka memang
di jurusan itu.
Mereka semua adalah
anak cerdas dan
akan semakin cerdas
apabila terus diperhatikan
dan dibimbing.
Soal masa
depan yang dikhawatirkan
orang tua, mereka
tidak selayaknya cemas. Karena, apabila
si anak sudah ditempatkan
dijalur yang benar
maka anak itu
akan terus berada
di jalur yang
benar asalkan tidak
digeser ataupun dipindahkan. Jadi biarkan
anak memilih sesuai
dengan bakat dan
minatnya. Tidak usah khawatir
akan masa depan
nantinya karena toh,
anak yang berjurusan
bagus belum tentu
bagus masa depannya
dan jurusan jelek
belum tentu jelek
masa depannya. Banyak contoh
yang membuktikan apabila
anak terus dibimbing
kejalur yang mereka
suka mereka akan
berhasil dimasa depannya.
Jadi, masih
berlakukah sebutan “Anak Emas,
Anak Tetangga dan
Anak Buangan”?!
Esai yang ditulis buat tugas bahasa Indonesia kelas XII tapi gak jadi di kumpul,
post disini gak masalah kan? hahahahaha :D



0 komentar:
Posting Komentar